Selasa, 06 Desember 2016

Pandangan mengenai Pendidikan Jasmani

Dalam satu diskusi dengan teman-teman, begitu juga dalam realitas praktik pendidikan-tampaknya seolah pendidikan jasmani itu tidak terakomodir atau setidak-tidaknya kurang mendapat porsi yang memadai dalam cakrawala kajian pemikiran pendidikan Islam.

Sebenarnya, berdasarkan pandangan filsafat Islam tentang manusia sebagai makhluk yang terdiri dari aspek fisik dan fsikis, maka pendidikan jasmani itu justru menjadi suatu keniscayaan. 

As-Saibany misalnya menjelaskan bahwa manusia itu merupakan totalitas yang terdiri dari tiga aspek, yaitu jasmani (jism), akal, dan ruh (Falsafah Tarbiyah Islamiyah, h. 92), sehingga mau tidak mau, pendidikan Islam itu (dalam praktiknya) harus memperhatikan ketiganya secara seimbang. Pandangan ini tentu meniscayakan pendidikan jasmani demi tercapainya perkembangan aspek jism itu.

Karenanya, secara filosofis salah satu di antara lima karakter yang harus dipenuhi dalam kurikulum pendidikan Islam menurut as-saibany adalah keharusan memperhatikan aktifitas pendidikan jasmani itu/nasyat ar-riyadiy al-badany (Falsafah Tarbiyah Islamiyah, h. 362).

Anjuran rasulullah untuk melatih kemahiran anak-anak dalam memanah (rimayah), menunggang kuda (al-furusiyah) juga merupakan bentuk motivasi terhadap penegakan pendidikan jasmani yang bertujuan agar memiliki tubuh yang kuat yang tentunya sangat dibutuhkan oleh seorang muslim dalam menjalani jihad kehidupan. Islam sendiri memandang bahwa sebenarnya seluruh aktifitas kehidupan ini adalah jihad yang tentu membutuhkan kekuatan fisik (الحياة كلها جهاد-في حاجة إلي جسم وثيق متين)

Bahkan aktifitas sa'i dan lari-lari kecil (harwalah) dalam rangkaian ibadah haji itu menurut Muhammad Qutb merupakan bentuk motivasi pada pendidikan jasmani untuk melatih tubuh menjadi kuat dan sehat (Muhammad Qutb: Manhaj Tarbiyah Islamiyah, h. 128). Begitu pun bisa dilihat dalam pandangan-pandangan pemikir pendidikan lainnya. wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar