Selasa, 06 Desember 2016

Kaitan Filsafat dengan Agama

Dewasa ini di Barat terdapat kecenderungan yang demikian kuat terhadap peranan agama. Masyarakat modern yang rasionalistik, vitalistik, dan materialistik, ternyata hampa spiritual, sehingga mulai menengok dunia Timur yang kaya nilai-nilai spiritual. Melalui sudut pandang islam maka hubungan antar filsafat dan agama yaitu sangat erat hubungannya. Al quraan mengatakan bahwa sarana yang digunakan dalam mempelajari objek yakni akal dan objek yang diperintahkan untuk dipelajari yaitu yang bersifat realitas secara menyeluruh. Ayat-ayat yang menerangkan itu antaranya “maka berpikirlah wahai orang-orang yang berakal dan berbudi. Disini dapat kita katakan bahwa Al Quraan memandang positif hubungan antara filsafat dan agama.

Menurut Prof. Nasroen. SR filsafat yang sejati haruslah berdasarkan kepada agama. Apabila filsafat tidak berdasarkan pada agama semata-mata hanya berdasarkan atas akan pikiran saja, maka filsafat tersebut tidak akan memuat kebenaran objektif, karena yang memberikan pandangan dan putusan adalah akal pikiran. Sedangkan kesanggupan akal berfikir terbatas, sehingga filsafat tidak akan sanggup memberikan kepuasan bagi manusia, terutama dalam tingkat pemahamannya terhadap alam gaib.

Filasafat dan agama memiliki hubungan yang terkait, terkait karena keduanya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang berada didalam diri manusia, yaitu pikiran, rasa dan keyakinan. 

Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan kehidupan manusia. Selain menaruh filsafat sebagai sumber pengetahuan, Barat juga menjadikan agama sebagai pedoman hidup. Hubungan filsafat dan agama di Barat telah terjadi sejak periode Yunani Klasik, pertengahan, modern, dan kontemporer, meskipun harus diakui bahwa hubungan keduanya mengalami pasang surut. Kerja akal disebut berfilsafat jika dalam memakainya seseorang menggunakan metode berpikir yang memenuhi syarat-syarat pemikiran logis. Kebenaran tidak akan berlawanan dengan kebenaran sehingga jika pemikiran akal (sebagai sumber asasi filsafat) dan Al Quraan (sebagai sumber asasi agama) tidak membawa pertentangan maka itu merupakan suatu kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar