Sabtu, 31 Desember 2016

Penyebab Manusia Mempunyai Harapan

Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langusung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah – tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/ spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
a.       Dorongan kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pcmbawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan scbagainya. Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.
Kodrat juga terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan perlu makan, berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi ialah akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang dipilihnya. Dcngan budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang
salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
b.      Dorongan kebutuhan hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani
Kebutuhan jasmaniah misalnya ; makan, minum, pakaian, rumah. (sandang, pangan,
dan papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan.Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain.Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah
maupun kemampuan berpikimya. Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia
mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan
manusia itu ialah :
a. Kelangsungan hidup (survival)
b. Keamanan ( safety )
c. Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)

d. Diakui lingkungan (status)

Persamaan Harapan dan Cita-Cita

Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Cita-cita merupakan Impian yang disertai dengan tindakan dan juga di berikan batas waktu. Jadi kalau kita bermimpi untuk menjadi netpreneur yang sukses, ya… harus di sertai tindakan jangan cuma berandai-andai saja. Serta jangan lupa di berikan target waktu sehingga kita punya timeline kapan hal tersebut kita inginkan terealiasasi.
Dari kecil kita pasti dinasehati oleh orangtua, guru ataupun buku untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit. Semua itu memang benar karena dengan adanya cita-cita atau impian dalam hidup kita akan membuat kita semangat dan bekerja keras untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di dunia.
Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai melalui kerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain dan sebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis dan bersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untuk menghayal yang tidak-tidak.
Dalam bercita-cita pun sebaiknya jangan terlalu mendetail dan fanatik karena kita bisa dibuat stres dan depresi jika tidak tercapai. Contoh adalah seseorang yang punya cita-cita jadi dokter. Ketika dia tidak masuk jurusan ipa dia stress, lalu gagal snmptn / spmb kedokteran dia stress, dan seterusnya.
Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisa menentukan cita-cita, maka bercita-citalah untuk menjadi orang yang berguna dan dicintai orang banyak dengan hidup yang berkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa mempelajari kisah sukses orang lain atau membaca atau melihat film motivasi hidup seperti laskar pelangi.

Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik ataumeningkat.

Aspek-Aspek Harapan

Harapan yang ditanamkan dalam suatu kehidupan individu memiliki beberapa aspek. Menurt Snyder (2000), komponen-komponen yang terkandung dalam teori harapan yaitu:

a.     Goal
Goal atau tujuan adalah sasaran dari tahapan tindakan mental yang menghasilkan komponen kognitif. Menurut Averill dkk (dalam Snyder, 2000), tujuan menyediakan titik akhir dari tahapan perilaku mental individu. Tujuan harus cukup bernilai agar dapat mencapai pemikiran sadar. Tujuan dapat berupa tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang, namun tujuan harus cukup bernilai untuk mengaktifkan pemikiran yang disadari. Dengan kata lain, tujuan harus memiliki kemungkinan untuk dicapai tetapi juga mengandung beberapa ketidakpastian. Pada suatu akhir dari kontinum kepastian, kepastian yang absolut adalah tujuan dengan tingkat kemungkinan pencapaian 100%, tujuan seperti ini tidak memerlukan harapan. Harapan berkembang dengan baik pada kondisi tujuan yang memiliki tingkat kemungkinan pencapaian sedang.
Lopez, dkk (2003) menyatakan bahwa tujuan dapat berupa approach oriented in nature (misalnya sesuatu yang positif yang diharapkan untuk terjadi) atau preventative in nature (misalnya sesuatu yang negatif yang ingin dihentikan agar tidak terjadi lagi). Tujuan juga sangat beragam dilihat dari tingkat kemungkinan untuk mencapainya. Bahkan suatu tujuan yang tampaknya tidak mungkin untuk dicapai pada waktunya akan dapat dicapai dengan perencanaan dan usaha yang lebih keras.

b.    Pathway Thingking
Penjelasan menurut Pathway Thingking menurut Snyder, dkk (dalam Lopez, dkk,. 2003), seseorang untuk dapat  mencapai tujuan maka ia harus memandang dirinya sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan suatu jalur untuk mencapai tujuan. Proses ini yang dinamakan pathway thingking, yang menandakan kemampuan seseorang untuk mengembangkan suatu jalur untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pathway thingking ditandai denganpernyataan pesan internal yang meyakinkan diri sendiri seperti dirinya akan menemukan cara untuk menyelesaikan suatu masalah.
Menurut Irving. Dkk. (dalam Snyder, dkk., 2002), pathway tningking mencakup pemikiran mengenai kemampuan untuk menghasilkan satu atau lebih cara yang berguna untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Beberapa jalur yang dihasilkan akan berguna ketika individu menghadapi hambatan, dan orang yang memiliki harapan yang tinggi, merasa dirinya mampu menemukan beberapa jalur alternative dan umumnya mereka sangat efektif dalam menghasilkan jalan alternatif.

c.     Agency Thingking
Menurut Irving, dkk. (dalam Snyder, dkk., 2002), motivasional pada teori harapan adalah agency, yaitu kepastian untuk menggunakan suatu jalur untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Agency  mencerminkan persepsi individu bahwa dia mampu mencapai tujuannya melalui jalur-jalur yang dipikirkannya, agency  juga dapat mencerminkan penilaian individu mengenai kemampuannyab bertahan ketika menghadapi hambatan dalam mencapai tujuannya. Orang yang memiliki harapan tinggi menggunakan self-talk seperti “saya dapat melakukan ini” dan “saya tidak akan berhenti sampai disini”. Agentic thingking penting dalam semua pemikiran yang berorientasi pada tujuan, namun akan lebih berguna pada saat individu menghadapi hambatan. Ketika individu menghadapi hambatan, agency membantu individu menerapkan motivasi pada jalur alternative terbaik. Komponen agency dan pathway saling memperkuat satu sama lain sehingga satu sama lain saling mempengaruhi dan dipengaruhi secara berkelanjutan dalam proses pencapaian tujuan.

d.     Kombinasi Pathway dan Agency Thingking
Menurut teori harapan, komponen pathway thingking dan agency thingking merupakan dua komponen yang diperlukan. Namun, jika salah satunya tidak tercapai, maka kemampuan untuk mempertahankan pencapaian tujuan tidak akan mencukupi. Komponen pathway thingking dan agency thingking merupakan komponen yang saling melengkapi, bersifat timbla balik, dan berkorelasi posotif, tetapi bukan merupakan komponen yang sama.

Keadaan tgersebut menjadikan teori harapan tersebut spesifik pada kemampuan untuk menghasilkan rencana untuk mencapai tujuan dan kepercayaan pada kemampuan untuk mengimplementasikan tujuan tersebut. Individu yang memiliki kemampuan dalam agency thingking  seharusnya disertakan juga dengan pathway thingking. Namun, beberapa individu tidak mengalami hal tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa tidak semua individu yang memiliki agency akan memiliki pathway thingking. Jika individu memiliki keduanya, dapat dikatakan bahwa kedua individu tersebut memiliki harapan tinggi. 

Faktor-Faktor Harapan

Harapan dalam penerapannya suatu kehidupan seseorang memiliki beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tujuan dari harapan dan perilaku yang terarah menurut Synder (Carr, 2004:92) antara lain:
a.    Seberapa besar nilai dari hasil yang diusahakan.
b.    Jalan keluar yang direncanakan dapat dipastikan terhadap hasil dan keinginan yang sesuai tentang bagaimana keefektifan mereka akan berhasil pada sesuatu yang dihasilkan.
c.    Pemikiran diri sendiri dan seberapa efektif seseorang akan mengikuti jalannya dalam upaya mencapai tujuan.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi harapan menurut Weil (2000) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harapan antara lain :
a.     Dukungan Sosial
Menurut Raleigh, harapan memiliki kaitan erat dengan dukungan sosial. Dalam penelitiannya mengenai pasien yang menderita penyakit kronis (Weil, 2000) mengatakan bahwa keluarga dan teman pada umumnya diidentifikasikan sebagai sumber harapan untuk penderita penyakit kronis dalam beberapa aktivitas seperti mengunjungi suatu tempat, mendengarkan, berbicara dan memberikan bantuan secara fisik. Herth mengatakan bahwa mengidentifikasikan pertahanan hubungan peran keluarga sebagai sesuatu yang penting bagi tingkat harapan dan coping. Sebaliknya, kurangnya ikatan sosial didistribusikan sebagai hasil kesehatan yang lebih buruk seperti peningkatan morbidity dan kematian awal. Individu mendeskripsikan perasaan tidak berdaya ketika mereka tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain (Weil, 2000).
b.    Kepercayaan Religius
Kepercayaan religious dan spiritual telah diidentifikasikan sebagai sumber utama harapan dalam beberapa penelitian. Kepercayaan religious dijelaskan sebagai kepercayaan dan keyakinan seseorang pada hal positif atau menyadarkan individu pada kenyataan bahwa terdapat sesuatu atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk situasi individu saat ini. Menurut Reed, spiritual merupakan konsep yang lebih luas dan terfokus pada tujuan dan makna hidup serta keterkatitan dengan orang lain, alam ataupun dengan Tuhan (Weil, 2000). Raleigh menyatakan bahwa kegiatan religious merupakan strategi kedua yang paling umum untuk mempertahankan harapan dan juga sebagai sumber dalam mendukung harapan pada pasien dengan penyakit kronis (Weil, 2000).

c.     Kontrol

Mempertahankan kontrol merupakan salah satu bagian dari konsep harapan. Venning, dkk menyatakan bahwa mempertahankan kontrol dapat dilakukan dengan cara tetap mencari informasi, menentukan nasib sendiri, dan kemandirian yang menimbulkan perasaan kuat pada harapan individu. Kemampuan individu akan kontrol juga dipengaruhi self-efficacy (Weil, 2000) yang dapat meningkatkan persepsi individu terhadap kemampuannya akan kontrol. Harapan dapat ditoleransikan dengan keinginan dalam kontrol, kemampuan untuk menentukan, menyiapkan diri untuk melakukan antisipasi stress, kepemimpinan, dan  menghindari ketergantungan. Penelitian menunjukkan bahwa harapan memiliki hubungan yang positif dengan persepsi seseorang mengenai kontrol. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa individu yang memiliki sumber internal dalam kontrol memiliki harapan bahwa mereka dapat mengontrol nasib mereka sendiri. Sebaliknya, individu yang memiliki sumber kontrol eksternal berharap untuk dikontrol oleh kekuatan atau paksaan yang berasal dari luar dirinya.

Pengertian Harapan

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnyaharapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Harapan merupakan istilah yang telah banyak dideskripsikan oleh para ahli dalam bidang psikologi. Averill beserta teman-temannya mendeskripsikan harapan sebagai emosi yang diarahkan oleh kognisi dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (J. Lopez, 2009:487). Stoland dan Gottschalk masing-masing mendeskripsikan harapan sebagai keinginan untuk mencapai tujuan, Stoland menekankan hal penting dan kemungkinan dalam mencapai tujuan, sedangkan Gottschalk mendeskripsikan tenaga positif yang mendorong seseorang untuk bekerja melalui keadaan yang sulit (J. Lopez, 2009:487). Staat memandang harapan merupakan ekspektasi yang berinteraksi dengan pengharapan untuk mewujudkan kemungkinan dan berpengaruh pada tujuan yang dicapai (J. Lopez, 2009:487).

Pengertian Antropologi Dalam Filsafat

Antropologi adalah merupakan salah satu dari cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakekat manusia dan sepanjang sejarahnya manusia selalu mempertanyakan tentang dirinya, apakah ia sedang sendirian, yang kemudian menjadi perenungan tentang kegelisahan dirinya, ataukah ia sedang dalam dinamika masyarakat dengan mempertanyakan tentang makna hidupnya ditengan dinamika perubahan yang kompleks, dan apakah makna keberadaannya ditengah kompleksitas perubahan itu? Pertanyaan tentang hakekat manusia merupkan pertanyaan kuno seumur keberadaan manusia dimuka bumi. Dalam jawaban tentang manusia tidak pernah akan selesai dan dianggap tidak pernah sampai final dikarenakan realitas dalam keling manusia selalu baru, meskipun dalam subtansinya tidak berubah.(Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999).

Pengertian Manusia

Manusia adalah akhluk ciptaan Tuhan yang tercanggih. Memiliki banyak kelebihan dibanding dengan makhluk lain terutama akalnya.
a. Memiliki rasa ingin tahu, maka diaktuakisasikan dalam bentuk bertanya.
b. Melalui rasio maka manusia memberikan jawaban terhadap aneka pertanyaan
c. Manusia bertanya, manusia pula menjawab
d. Manusialah yang benar-benar bereksistensi karena memiliki kesadaran dan otonomi dirinya.

Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam perfektif, ada yang mengatakan masnusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik adalah pernyatakan tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja. Manusia memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan disatu pihak ia merupakan “mahluk alami”, seperti binatang ia memerlukan alam untuk hidup. Dipihak lain ia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia harus menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat disebut sebagai homo sapiens, manusia arif memiliki akal budi dan mengungguli mahluk yang lain. Manusai juga dikatakan sebagai homo faber hal tersebut dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat dan menciptakannya. Salah satu bagian yang lain manusia juga disebut sebagai homo ludens (mahluk yang senang bermain). Manusia dalam bermaian memiliki ciri khasnya dalam suatu kebudayaan bersifat fun. Fun disini merupakan kombinasi lucu dan menyenangkan. Permaianan dalam sejarahnya juga digunakan untu memikat dewa-dewa dan bahkan ada suatu kebudayaan yang menganggap permainan sebagai ritus suci. (K. Bertens, Panorama Filsafat Modern, 2005).

Pembelajaran Pendidikan

                 Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) mengatakan bahwa “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru.”

Pada umumnya, mengajar adalah usaha guru untuk mengatur dan menciptakan kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungan disekitarnya, seperti guru, alatpendukung pembelajaran, dan sebagainya yang disebut proses belajar, sehingga tercapai tujuan belajar yang telah ditentukan.

Demikian pula dengan menggunakan suatu metode mengajar untuk segala tujuan belajar, tidaksemua dapat berlangsung secara efektif. Permasalahannya terletak pada menentukan manakah model dan metode mengajar yang tepat untuk mencapai tujuan pelajaran tertentu, dalam penerapannya pada kurikulum baru yang menuntut siswa lebih berpikir kreatif, inovatif, melibatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam pembelajaran dimana siswa melakukan diskusi kelompok dalam menyampaikan hasil diskusinya.

Suyatno.(2009).Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Buana Pustaka.

Penilaian Autentik

Guru perlu mengetahui kemampuan siswa (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) yang sebenarnya, sebagai hasil belajar, untuk memberikan tindakan yang tepat pada proses pembelajaran berikutnyaPenilaian autentik lebih dapat mengungkap kemampuan siswa yang sebenarnya. Sebab, pada pembelajaran menuntut siswa mendemonstrasikan kompetensi yang sudah dikuasai dengan berbagai cara. 

        Penilaian  autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.
        Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya
(Kehlrr: 2004)

Jumat, 30 Desember 2016

Aksiologi Filsafat

ksiologi merupakan filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera dan lain lain memiliki metode tersendiri dalam teori pengetahuan diantaranya adalah :

a)   Metode induktif, yaitu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum, dalam induksi setelah diperoleh pengetahuan, maka akan dipergunakan hal hal lain seperti ilmu mengajarkan kita bahwa kalau logam dipanaskan maka akan mengembang.
b)   Metode deduktif, yaitu metode yang menyimpulkan bahwa data data empiric diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut, hal yang harus ada dalam metode deduktis adalah perbandingan logis antara kesimpulan kesimpulan itu sendiri.
c)   Metode positivisme, metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual dan dan positif, ia mengenyampingkan segala persoalan diluar yang ada sebagai fakta.menurut comte perkembangan pemikiran manusia melaui 3 tahap yaitu, teologis, metafisis dan positif.

Dari definisi mengenai aksiologi, terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai, niai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai, teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Makna etika dipakai dalam 2 bentuk arti, pertama etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan perbuatan manusia, arti kedua etika merupakan suatu predikat yang dipakai untk membedakan hal hal, perbuatan perbuatan atau manusia manusia yang lain.

Persamaan Ilmu Filsafat Dengan Ciri Pokok Filsafat

Ciri pokok dalam filsafat yaitu : 1, adanya unsur  berfikir yang dalam hal ini menggunakan akal 2, adanya unsur tujuan yang ingin dicapai melalui berfikir tersebut 3, adanya unsur ciri yang terdapat  dalam fikiran tersebut yaitu mendalam.

Sedangkan pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala gejala tertentu di bidang pengetahuan itu, Mulyadi Kartanegara mengatakan bahwa ilmu adalah any organized knowlwdge, ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda terutama sebelum abad ke 19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang fisik dan inderawi sedangkan ilmu melampauinya pada bidang bidang nonfisik seperti metafisika.
Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut :
Keduanya mencari rumusan yang sebaik baiknya dan menyelidiki obyek selengkap lengkapnya sampai ke akar akarnya.
Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab sebabnya
Keduanya berhak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
Keduanya mempunyai metode dan sistem
Keduanya berhak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas) akan pengetahuan yang lebih mendasar.

Bakhtiar, Amsal.2000.Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Rajagrapindo persada.

Filsafat Agama Al-Qur'an Sebagai Pedoman

Dakwah agama tidak hanya disampaikan secara umum di tengah masyarakat. Namun manusia juga berhasil mendirikan beberapa lembaga  pendidikan bagi kaum Muslimin misalnya saja ada proses belajar mengajar di masjid dengan para pelajar yang kompeten.

Disamping itu juga dikembangkan lembaga pendidikan yang dikenal dengan istilah kuttab. Diantara materi pelajaran yang disampaikan adalah pedoman Al-Quran dan sunnah. Dari yang asalnya hanya bersumber Al-Quran dan sunnah, muncullah  berbagai cabang ilmu-ilmu islam yang lain, seperti ilmu tafsir. Allah SWT telah berjanji untuk senantiasa menjaga kemurniaan Islam dengan menjaga kemurniaan Al-Quran, yaitu dengan membaca, memahami, menghafal dan menghafal, dan mengamalkannya dalam kepribadian. Sehingga ayat-ayat Al-Quran benar-benar hidup dalam jiwa dan kepribadian kaum muslim menjadi “Al-Quran berjalan” meneranggi manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.

Filsafat Agama Makna Akhlak

Akhlak merupakan tiang yang menopang hubungan yang baik antara hamba dengan Allah SWT (habluminallah) dan antar sesama umat (habluminannas). Akhlak yang baik akan hadir pada diri manusia dengan proses yang panjang, yaitu melaui pendidikan akhlak. Banyak kalangan di dunia ini menawarkan pendidikan akhlak yang mereka yakini kebaikannya, tetapi tidak semua dari pendidikan tersebut mempunyai kaidah-kaidah yang benar dalam Islam. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan yang terbatas dari pemikiran manusia itu sendiri.

Pandangan bahwa kehidupan dengan landasan akhlak adalah sesuatu yang kuno dan ketinggalan zaman serta jauh dari kemodernan harus kita hapuskan dari pemikiran kita. Kemunduran moral yang terjadi di seluruh penghujung dunia seharusnya menjadi keprihatian sendiri bagi seluruh umat. Semestinya manusia sadar dan kembali kepada fitrahnya sebagai manusia yang diciptakan Allah dengan akhlak yang mulia. Orang yang paling sempurna keimannannya adalah orang yang baik akhlaknya. Akhlak Islam yang mulia ini akan membawa umat  untuk selamat hidupnya di  dunia dan akhirat 

Sementara pendidikan akhlak yang dibawa oleh Islam merupakan sesuata yang benar dan tidak ada kekurangannya. Pendidikan akhlak yang ditawarkan Ilslam berasal langsung dari Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melaui malaikat Jibril dengan Al Quran dan Sunnah kepada umat Rasulullah. 

Problematika Filsafat

Secara Umum problematika filsafat terbagi menjadi tiga ontologi, yaitu mengkaji hakikat segala  sesuatu, terbagi 2:

1) Kualitas;

Monisme, asal lam terdiri dari satu  unsur (mono=satu). Thales dari air, Anaximandros dari apairon, Anaximenes dari udara, Democritos dari tanah. Dualisme, yang mengatakan alam semesta terdiri dari dua unsur yaitu materi dan roh. Tokohnya Anaxagoras dan Aristolteles.
Pluralisme, alam semesta terdiri dari empat unsur; air, angin, api, tanah. Tokohnya Empedokles, Leukippos

2) Kualitas

Pandangan ini membicarakan bagaimana alam berproses, dalam kaitannya muncul 4 teori: Mekanisme, yang mengatakan bahwa segala sesuatu berproses secara mekanik. Teleologi, mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam raya berproses menuju suatu tujuan, yaitu Tuhan. Determinisme, kejadian di alam iniberproses melalui suatu ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya, baik oleh hukum alam maupun oleh Tuhan. Indeterminisme, segala kejadian di alam ini berlangsung secara bebas, tanpa kendali tertentu dari Tuhan atau kekuatannya.

Epistimologi, membicarakan 2 hal; Hakikat pengetahuan, muncul 2       pandangan:

a)  Realisme, yaitu pengetahuan manusia riil    adanya        dalam kehidupan.
b) Idealisme, yaitu hakikat ilmu pengetahuan tidak       terdapat dalam dunia riil, melainkan konsep ideal atau   dunia ide-ide.

Sumber Pengetahuan, muncul 3 pandangan;

a) rasionalisme, mengatakan bahwa sumber pengetahuan muncul dari rasio (akal) manusia.
b)Empirisme, sumber pengetahuan adalah indera manusia.

c) Kritisme, pengetahuan manusia bersumber dari luar diri manusia, yaitu Tuhan.

Pengertian Filsafat Sebagai Suatu Aktivitas

Filsafat adalah sebagai suatu proses berpikir untuk memperoleh jawaban-jawaban dari berbagai problem. Titus dkk, memberikan 3 pengertian filsafat sbg aktifitas:

1)   Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan diri dari sikap yang sangat kita junjung tinggi.
2)   Filsafat adalah sebagai analisi logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.

3)   Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh gambaran keseluruhan

Pengertian Filsafat Dari Sisi Benda

Titus dkk, mengajukan dua pengertian filsafat. filsafat adalah sekumpulan problem-problem yang langsung dan mendapat perhatian dari manusia yang dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.


Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhapadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.

Pengertian Filsafat Dari Sisi Filsafat Sebagai Ilmu

Plato, fisuf besar Yunani mengatakan, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mencapai kebenaran yang asli, karena kebenaran mutlak di tangan Tuhan. Atau dengan singkat dikatakan pengetahuan tentang segala yang ada. Aristoteles, murid Plato mengatakan, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu matafisika, logika, retorika, politik, sosial budaya dan estetika. Alfarabi, Filsuf besar muslim dengan gelar Aristoteles ke 2, mengatakan Filsafat adalah pengetahuann tentang yang ada menurut hakikatnya yang sebenarnya. Immanuel Kant, Filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa, mengatakan filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan:
1)   Apa dapat kita ketahui, dijawab oleh metafisika
2)   Apa yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika
3)   Apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh antropologi.
4)   Sampai dimana harapan kita, dijawab oleh agama.

Hasbullah Bakry,  filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat melahirkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dicapai manusia.

Pengertian Filsafat Dari Sisi Kebahasaan

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Philo=cinta Sophia= kebijaksanaan/kebenaran. Jadi philosophia adalah orang yang mencintai kebenaran, sehingga berupaya memperoleh dan memilikinya. Kata philosophia ditransformasikan ke berbagai bahasa. Dalam bahsa arab disebut falsafah. Dalam bahasa Indonesia disebut falsafat/filsafat. Dalam bahsa Belanda dan Jerman disebut Philosophie.


Manusia Berkualitas Dengan Percay Diri

Apakah tubuh fisik kita? Padahal sejalan dengan lajunya usia, kekuatan tubuh memuai seperti lilin terkena panas, ataukah pikiran? Padahal keunggulan pikiran tak lebih luas dari setetes air di samudera ilmu, atau mungkin perasaan? Padahal ketajaman perasaan seringkali tak mampu menjawab persoalan logika. Lalu diri yang manakah yang patut dipercayai? Semestinya kita tak memecah-belah diri menjadi berkeping- keping seperti itu.


Diri adalah diri yang menyatukan semua pecahan-pecahan diri yang kita ciptakan sendiri. Kesatuan itulah yang disebut dengan integritas. Hanya sebuah kekuatan dari dalam diri yang paling dalam lah yang mampu merengkuh menyatukan setiap insan. Diri itulah yang patutnya dipercayai, karena mampu menggenggam kekuatan fisik, keunggulan pikiran dan kehalusan budi setiap insan.

Banyak orang pandai menyarankan agar kita memiliki suatu kepercayaan diri yang kuat. Pertanyaannya adalah diri yang manakah yang patut kita percayai? Apakah panca indera kita? Padahal kejituan panca indera seringkali tak lebih tumpul dari ujung pena yang patah.

Metode Mempelajari Filsafat

1. Menggunakan  sistematis.

Pelajar rmenghadapi karya filsafat. Mula-mula pelajar menghadapi teori pengetahuan yangterdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang lain. Kemudian mempelajari teori nilai atau filsafat nilai. Pembagian besar ini dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat. Tatkala mempelajari setiap cabang atau sub cabanng itu, aliran-aliran akan terbahas. Dengan belajar filsafat melalui metode ini perhatian kita akan terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun periode.

2.  Metode historis

Mempalajar ifilsafat dengan mengikuti sejarahnya, jadi sejarah pemikiran. Ini dapat dilakukan dengan membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Misalnya dimulai dengan membicarakan filsafat Thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat,dan teori nilai.

3. Metode kritis

Digunakan oleh mereka yang mempelajri filsafat tingkat intensif.Pelajar harus sedikit banyak mengetahui pengetahuan tentang filsafat, langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian mengajukan kritiknya. Kritik itu mungkin dalam bentuk menentang, dapat berupa dukungan tentang filsafat yang tengah dipelajari. Orang mungkin mengkritikya dengan pendapat sendiri maupun dengan pendapat filosof lain. Jadi, jelas pengetahuan ala kadarnya , tatkla memulai pelajaran amat diperlukan dalam belajar filsafat dengan metode ini.

Bakhtiar, Amsal.2000.Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Rajagrapindo persada.

Jumat, 23 Desember 2016

Azas Pemilu

Pemilu diselenggarakan secara demokratis dan transparan, jujur dan adil dengan mengadakan pemberian dan pemungutan suara secara langsung, umum, bebas, dan rahasia Jadi berdasarkan Undang-undang tersebut Pemilu menggunakan azassebagai berikut :

Langsung : Yaitu rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya, sesuai dengankehendak hati nuraninya tanpa perantara dan tanpa tingkatan

Umum : Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan minimal dalam usia, yaitu sudah berumur 17 tahun atau telah pernah kawin, berhak ikut memilih dalam Pemilu Warga negara yang sudah berumur 21 tahun berhak dipilih.

Bebas : Setiap warga negara yang memilih menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun dalam melaksanakan haknya setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya. 
Rahasia : Yang berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun Azas rahasia ini tidak  berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar dari tempat pemungutan suara yang secara suka rela bersedia mengungkapkan pilihannya kepada pihak manapun

Jujur : Yang berarti bahwa penyelenggaraan/pelaksana, pemerintah dan partai politik peserta Pemilu, pengawas, dan pemantau Pemilu, termasuk pemilih serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung harus bersikap dan bertindak  jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


Adil :Berarti dalam penyelenggaraan Pemilu setiap pemilihdan Parpol peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun

Tujuan Pemilu

Hasil gambar untuk gambar pemilu
    Pemilihan Umum diselenggarakan bukan hanya sekedar memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk dalam Lembaga Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat, dan juga tidak untuk menyusun Negara baru dengan dasar falsafah Negara baru, tetapi suatu pemilihan wakil-wakil rakyat oleh rakyat  yang mampu membawakan isi hati nurani rakyat 
dalam melanjutkan perjuangan dan mengembangkan kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang bersumber pada Proklamasi 17Agustus 1945 guna memenuhi dan mengembangkan Amanat Penderitaan Rakyat.

Pemilihan Umum bagi suatu negara demokrasi sangat penting artinya untuk menyalurkan kehendak asasi politiknya,antara lain sebagai berikut:

  1. Untuk mendukung atau mengubah personel dalam lembagalegislatif 
  2. Adanya dukungan mayoritas rakyat dalam menentukan pemegang kekuasaan eksekutif untuk jangka waktu tertentu
  3. Rakyat (melalui perwakilan) secara periodik dapatmengoreksi atau mengawasi eksekutif