1.
Pengertian
Tuna Rungu
Tunarungu
adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar
baiksebagian atau seluruhnya yag diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian
atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat
pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap
kehidupannya secara kompleks.
2.
Klasifikasi
Tuna Rungu
Pada
umumnya klasifikasi anak tunarungu dibagi atas dua golongan atau kelompok besar
yaitu tuli dan kurang dengar.
Orang tuli adalah seseorang
yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar sehingga membuat proses informasi
bahasa melalui pendengaran, baik itu memaki atau tidak memakai alat dengar
Kurang dengar adalah
seseorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, akan tetapi
ia masih mempunyai sisa pendengaran dan pemakaian alat Bantu dengar memungkinkan
keberhasilan serta membantu proses informasi bahasa melalui pendengaran.
Klasifikasi anak tunarung
menurut Samuel A. Kirk :
0 db :
Menunjukan pendengaran yang
optimal.
0 – 26 db :
Menunjukan seseorang masih
mempunyai pendengaran yang optimal.
27 – 40 db :
Mempunyai kesulitan mendengar
bunyi – bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan
memerlukan terapi bicara. ( tergolong tunarungu ringan )
41 – 55 db :
Mengerti bahasa percakapan,
tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi
bicara. ( tergolong tunarungu sedang )
56 – 70 db :
Hanya bisa mendengar suara
dari jarak yang dekat, masih punya sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan
bicara dengan menggunakan alat Bantu dengar serta dengan cara yang khusus. (tergolong
tunarungu berat )
71 – 90 db :
Hanya bisa mendengar bunyi
yang sangat dekat, kadang – kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan khusus
yang intensif, membutuhkan alat Bantu dengar dan latihan bicara secara khusus. (
tergolong tunarungu berat )
91 db :
Mungkin sadar akan adanya
bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada penglihatan dari pada
pendengaran untuki proses menerima informasi dan yang bersangkutan diangap tuli
( tergolong tunarungu berat sekali )
3.
Penyebab
Ketunarunguan
Banyak faktor yang menyebakan
seseorang mengalami ketunarunguan, sebagaimana diungkapkan dalam buku petunjuk
praktis penyelenggaraan Sekolah Luara Biasa bagian B atau tuna rungu, Depdikbud
(1985: 23) mengemukakan bahwa :
a. Sebelum anak dilahirkan atau masih dalam
kandungan (masa prenatal)
b. Pada waktu proses kelahiran dan baru
dilahirkan (neo natal).
c. Sesudah anak dilahirkan (post natal).
Penyebab ketuna runguan tersebut dijabarkan
sebagai berikut :
1) Masa Prenatal
Pada masa prenatal pendengaran anak menjadi
tuna rungu disebakan oleh:
a. Faktor keturunan atau hereditas
Anak mengalami tuna rungu
sejak dia dia dilahirkan Karena ada di antara keluarga ada yang tuna rungu
genetis akibat dari rumah siput tidak berkembang secara normal, dan ini
kelainan corti (selaput-selaput)
b. Cacar air, campak (rubella, german measles)
Pada waktu ibu sedang
mengandung menderita penyakit campak, cacar air, sehingga anak yang di lahirkan
menderita tunarungu mustism (tak dapat bicara lisan)
c. Toxamela (keracunan darah)
Apabila ibi sedang mengandung
menderita keracunan darah (toxameia) akibatnya placenta menjadi rusak. Hal ini
sangat berpengaruh pada janin. Besar kemungkinan anak yang lahir menderita tuna
rungu. Menurut Audiometris pada umumnya anak ini kehilangan pendengaran 70-90
dB.
d. Penggunaan obat pil dalam jumlah besar
Hal ini akibat menggugurkan
kandungan dengan meminum banyak obat pil pengggugur kandngan, tetapi
kandunganya tidak gugur, ini dapat mengakibatkan tuna rungu pada anak yang
dilahirkan, yaitu kerusakan cochlea.
e. Kelahiran premature
Bagi bayi yang dilahirkan
premature, berat badanya di bawah normal, jaringan-jaringan tubuhnya lemah dan
mudah terserang anoxia (kurangnya zata asam). Hal ini merusak inti cochlea
(cochlear nuclei)
f. Kekeurangan Oksigen (anoxia)
Anoxia dapat mengakibatkan
kerusakan pada inti brain system dan bagal ganglia. Anak yang dilahirkan dapat
menderita tuna rungu pada taraf berat.
2) Masa Neo Natal
a. Faktor rhesus ibu dan anak tidak sejenis.
Manusia selain mempinyai jenis
darah A-B-AB-0. Juga mempunyai jenis darah factor rh positif dan negative.
Kedua jenis rh tersebut masing-masing normal. Tetapi ketidak cocokan dapat
terjadi apabila seseorag perempuan ber-rh negatif kawin dengan seseorang
laki-laki ber-rh positif, seperti ayahnya tidak sejenis dengan ibunya. Akibat
sel-sel darah itu membentuk anti body yang justru merusak anak. Akibatnya anak
menderita anemia (kurang darah) dan sakit kuning setelah dilahirkan, hal ini
dapat berakibat anak menjadi kurang pendengaran.
b.
Anak
lahir premature atau sebelum 9 bulan dalam kandungan.
Anak yang dilahirkan
prematur, mempunyai gejala-gejala yang sama dengan anak yang rh nya tidak
sejenis dengan rh ibunya, yaitu akan menderita anemia dan mengakibatkan anoxia.
3) Post Natal
a. Sesudah anak lahir dia menderita infeksi
misalnya campak (measles) infection atau anak terkena syphilis sejak lahir
karena ketularan orang tuanya. Anak dapat menderita tunarungu perseptif. Virus
akan menyerang cairan cochlea.
b. Meningitis (peradangan selaput otak) Penderita
meningitis mengalami ketulian yang perseptif, biasanya yang mengalami kelainan
ialah pusat syarf pendengaran.
c.Tuli perseptif yang bersifat keturunan. Ketunarunguan
ini akibat dari keturunan orang tuanya
d. Otitis media yang kronis. Cairan otitis
media yang kekuning-kuningan menyebakan kehilanagn pendengaran secara
konduktif. Pada secretory media akibatnya sama dengan kronis atitis media,
yaitu keturunan konduktif
e. Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan. Infeksi
pada alat-alat pernafasan, misalnya pembesaran tonsil adenoid dapat menyebabkan
ketuna runguan konduktif (media penghantar suara tidak berfungsi).
f. Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat-alat
pendengaran bagian dalam Dari beberapa faktor yang telah dijabarkan di atas dapatlah
ditarik kesimpulan bahwa penyebab ketunarunguan tidak saja dari faktor dalam
individu seperti ketuna runguan dari orang tua atupun pada saat ibu mengandung
terserang penyakit. Tetapi faktor di luar diri individu mempunyai peluang yang
mengakibatkan seseorang mengalami ketuna runguan, seperti infeksi peradangan
dan kecelakaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar