Kita sering mendengar jenis-jenis
masyarakat, seperti masyarakat desa dan kota. Desa dan kota memiliki perbedaan
baik secara fisik maupun secara sosial. Sebuah desa sering kali ditandai dengan
kehidupan yang tenang, jauh dari hiruk pikukkeramaian, penduduknyaramah-tamah,
saling mengenal satu sama lain, mata pencaharian penduduknya kebanyakan sebagai
petani, atau nelayan.
Orang didesa mempunyai hubungan
yang lebih erat mendalam antar sesama warganya. Sistem kehidupan biasanya
berkelompok, atas dasar kekeluargaan. Penduduk masyarakat desa pada umumnya
hidup dari pertanian atau nelayan, meskipin pekerjaan yang lain pun ada seperti
tukang kayuatau tukang batu. Pekerjaan bertani biasanya dilakukan bersama-sama
antara anggota masyarakat desa lainnya . Hal itu mereka lakukan, karena
biasanya satu keluarga saja keluarga tidak cukup melakukan pekerjaan tersebut.
Sebagai akibat dari kerja sama ini, timbullah kebiasaan dalam masyarakat yang
namanya gotong royong. Oleh karena itu, pada masyarakat desa jarang dijumpai pekerjaan berdasarkan keahlian, akan tetapi
biasanya pekerjaan didasarkan pada usia (karena kekuatan fisiknya) dan jenis
kelamin.
Desa mengalami perubahan,
sehingga unsur-unsur kota masuk didalamnya. Begitu puula kota, meskipun
disebuah kota, ciri-ciri atau kebiasaan desa masih ada yang melekat didalamnya.
Sebuah kota sering kali ditandai dengan kehidupan yang ramai, wilayahnya yang
luas, banyak penduduknya, hubungan yang tidak erat satu sama lain, dan mata
pencaharian penduduknya bermacam-macam.
Menurut Soerjono Soekamto,
masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda, khususnya perhatian
terhadap keperluan hidup. Didesa, yang diutamakan adalah perhatian khusus
terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lainnya diabaikan. Lain dengan
pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, pandangan
masyarakat sekitarnya sangat mereka perhatikan. Perbedaan penilaian terhadap
menghidangkan makanan contohnya, masyarakat desa menilai makanan sebagai alat
untuk memenuhi kebutuhan biologis, sedangkan masyarakat kota sebagai alat untuk
memenuhi kebutuhan sosial.
Pembagian kerja pada masyarakat
kota sudah sangat terspesialisasi. Begitu pula jenis profesi pekerjaan sudah
sangat banyak macamnya (heterogen). Dari sudut keahlian, seseorang mendalami
pekerjaan pada satu jenis keahlian yang semakin spesifik, contohnya: ada dokter
umum, yang lebih terspesilisasi ada dokter khusus ahli THT, dokter ahli
penyakit dalam, dokter ahli kandungan, dan lain-lain. Disamping itu jenis
pekerjaan banyak sekali macamnya, contohnya:ada tukang listrik,ada ahli
bangunan, guru, polisi, tentara, akuntan, dan lain-lain.
Ada saling ketergantungan yang
tinggi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya karena perbedaan
pekerjaannya. Satu jenis pekerjaan dengan pekerjaan lainnya saling
ketergantungan. Saling ketergantungan antara masyarakat satu dengan masyarakat
lainnya yang disebabkan karena perbedaan pekerjaan (heterogenitas pekerjaan)
menurut Emile Durkheim disebut dengan solidaritas
organis (organic solidarity).
Di sisi lain masyarakat desa
memiliki jenis pekerjaan yang sam, seperti bertani, berladang, atau sebagai
nelayan. Kehidupan orang desa yang memiliki jenis pekerjaan yang sama (homogen)
sangat menggantungkan pekerjaannya kepada keluarga lainnya. Mereka tidak bisa
mengerjakan semuanya oleh keluarganya sendiri. Untuk mengolah tanah, memanen
padi, atau pekerjaan bertani lainnya, mereka harus sepakat dengan yang lain
menunggu giliran. Saling ketergantungan pada masyarakat yang disebabkan oleh
karena adanya persamaan dalam bidang pekerjaan oleh Emile Durkheim di sebut
dengan solidaritas mekanis (mechanic solidarity).
Ferdinand Tonnies mengemukakan
pembagian masyarakat dengan sebutan masyarakat gemainschaft dan gaselschaft.
Masyarakat gemainschaft atau disebut juga paguyuban adalah kelompok masyarakat
dimana anggotanya sangat terikat emosional dengan yang lainnya. Sedangkan
masyarakat geselschaft atau petembayan adalah ikatan-ikatan diantara anggotanya
kurang kuat dan bersifat rasional. Paguyuban cenderung sebagai refleksi
masyarakat desa, sedangkan Patembayan sebagai refleksi masyarakat kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar