Jumat, 21 Oktober 2016

Remedial Teaching

1. Konsep Remedial Teaching
            
   Remedial banyak dipahami oleh sebagian pendidik, sebagai upaya pengulangan kembali ujian atau tes yang gagal. Jika kosnep ini dipakai, maka nilai siswa tidak akan berubah, karena tetap diadakan ujian itu kembali.
           
  Remedial teaching (pengajaran remedial) sebenarnya adalah bagian dari pendekatan yang digunakan untuk menangani siswa yang memiliki kesulitan belajar, siswa yang bermasalah dalam mata pelajaran tertentu. Adanya penanganan baru dari guru dengan menciptakan kondisi yang baru memberikan harapan pada siswa untuk meningkatnya prestasi akademiknya, sehingga sesuai dengan tuntutan kualifikasi yang diharapkan.

2. Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial
            
  Sebagaimana dijelaskan, bahwa remedial teaching merupakan bagian dari usaha penanganan bagi siswa, maka pendekatan, strategi dan teknik yang digunakan tentunya juga akan berbeda.
           
    Dalam konteks konsep dasar diagnostic dan pengajaran remedial, akan merujuk pada program remedial yang dijelaskan oleh Abin Syamsudin, M (2005). Ross dan Stanley menjelaskan bahwa, tindakan strategis yang bisa dilakukan adalah secara kuratif dan preventif, Dinkmeyer & Caldwel (dalam bukunya Develompental counseling) menambahkan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan upaya yang bersifat pengembangan (developmental).


a.    Strategi dan teknik pendekatan Pengajaran Remedial yang Bersifat Kuratif

Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif kala dilakukan setelah program belajar mengajar diselenggarakan.Tindakan ini didasarkan atas kenyataan empirik bahwa ada seseorang atau sejumlah orang bahkan mungkin sebagian besar atau seluruh anggota kelas/kelompok belajar dapat dipandang tidak mampu menyelesaikan PBM secara sempurna. Sasaran pokok dari tindakan ini agar :

1)  Siswa yang prestasinya jauh sekali dari batas kriteria keberhasilan minimal,    diusahakan pada suatu saat tertentu dapat memadai kriteria minimal tersebut

2)   Siswa yang sedikit masih kurang atau bahkan telah tinggi sekalipun prestasi yang dari ukuran kriteria keberhasilan minimal, pada suatu saat tertentu dapat lebih disempurnakan atau diperkaya, bahkan mungkin ditingkatkan kepada program yang tinggi lagi.

Agar tercapai program atau sasaran pokok ini ada beberapa teknik pendekatan yang bisa digunakan,yaitu; repetition (pengulangan), enrichment  (pengayaan), reinforcement (pengukuhan) serta, acceleration (percepatan).

1)   Pengulangan (repetition);


    Selain dengan upaya diagnostiknya, pengulangan dapat terjadi pada beberapa tindakan, yaitu; a) pada setiap akhir jam pertemuan tertentu, b) pada setiap akhir unit (satuan bahan) pelajaran tertentu, c) ada akhir setiap satuan program studi (triwulan/semesteran/ tahunan)
           
Pelaksanaan pengajaran remedial mungkin diberikan dan diorganisasikan: a) secara perorangan (individual) kalau ternyata siswa yang memerlukan bantuan itu jumlahnya terbatas; b) secara kelompok (pers group), kalau ternyata terdapat sejumlah siswa yang mempunyai jenis/lokasi/sifat kesalahan atau kesulitan bersama; bukan mustahil terjadi juga dalam bidang studi tertentu dialami kelas secara keseluruhan.
            
Waktu dan cara pelaksanaan remedial ada beberapa kemungkinan yaitu;
a   Diadakan pada jam pertemuan kelas biasa berikutnya; kalau sebagian besar atau seluruh anggota kelas mengalami kesulitan yang serupa, dimana; 1) bahan dipresentasikan  kembali dengan penjelasannya,  baik sebagian atau keseluruhan dari bahan jam pertemuan terdahulu, 2) diadakan latihan/penugasan/soal kembali yang bentuknya sejenis dengan tugas/tugas/soal terdahulu, dan 3) diadakan pengukuran dan penilaian kembali untuk mendeteksi hasil peningkatan kearah kriteria keberhasilan yang diharapkan.

b   Diadakan diluar jam pertemuan biasa, misalnya; 1) diadakan jam pelajaran tambahan pada hari/jam tertentu, kalau yang mengalami kesulitan itu hanya seseorang/sejumlah orang tertentu, kalau yang mengalami kesulitan itu hanya seseorang/sejumlah orang tertentu (umpamanya, pada hari, sehabis jam pelajaran biasa, waktu istirahat untuk siswa dan lain sebagainya), 2) diberikan dalam bentuk pekerjaan rumah (home work) dengan diperiksa kembali hasil pekerjaan oleh guru.

c     Diadakan kelas remedial (khusus bagi siswa siswi tertentu yang mengalami kesulitan belajar tertentu dimana; 1) siswa lain belajar dalam kelas yang biasa; sedangkan, 2) siswa tertentu belajar dengan mendapatkan bimbingan khusus dari guru yang sama atau guru bidang studi sampai yang bersangkutan mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) untuk dapat bersama dengan teman-temannya dikelas biasa.

d     Diadakan pengulangan secara total, kalau ternyata siswa yang bersangkutan prestasinya sangat jauh dari batas kriteria keberhasilan minimal dalam hampir keseluruhan program (komponen bidang studinya); secara konvensionak kita kenal sebagai tinggal kelas.

2)        Pengayaan dan pengukuhan (enrichment and reinforcement)

Layanan pengulangan ditunjukkan pada siswa yang mempunyai kelamahan yang sangat mendasar, sedang pengayaan diarahkan untuk siswa yang memiliki kelemahan ringan, bahkan secara akademik sangat kuat.

Materi program pengayaan bisa bersifat; a) ekivalen (horizontal) dengan program PBM utama sehingga nilai bobot kreditnya dapat diperhitungkan bagi siswa yang bersangkutan atau sekedar, 2) suplementar terhadap program PBM utama, dengan tidak menambah kredit tertentu, yang penting dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan siswa.
Teknik pelaksanaanya bisa melalui tugas pekerjaan rumah, atau berupa soal yang dikerjakan di dalam kelas pada jam pelajaran itu juga, sementara yang lain mengerjakan program PBM utamanya.
3)   Percepatan (accelation)
Percepatan merupakan alternatif lain yang dapat diberikan kepada kasus berbakat, tetapi menunjukan kesulitan psikososial atau egoemosional. Kelas akselerasi atau percepatan dapat berupa promosi yang lebih tinggi kepada program PBM selanjutnya. Pelaksanaanya bisa;
a     Promosi penuh status akademiknya ketingkat yang lebih tinggi sebatas kemungkinannya, kalau memang yang bersangkutan keunggulan yang menyeluruh dari program studi yang ditempuhnya dengan luar biasa.

b      Maju berkelanjutan, tidak diartikan sebagai promosi status akademisnya secara menyeluruh tetapi pada beberapa bidang studi tertentu dimana layanan dengan program/bahan pelajaran yang lebih tinggi terbatas kemampuannya; status akademisnya tetap bersama-sama teman seangkatannya.

b.    Strategi dan Pendekatan yang bersifat preventif

Pendekatan preventif ditunjukan kepada siswa tertentu yang berdasarkan data/informasi

yang ada dapat diantisipasikan atau setidak-tidaknya patut diduga akan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan program studi tertentu yang telah ditempuhnya.


Proses pelaksanaannya bisa dalam bentuk layanan; 

1) layanan kelompok yang diorganisasikan, 
2) layanan individual, dan 
3) layanan secara kelompok dengan kelas khusus remedial dan pengayaan.


c.     Ikatan pengajaran remedial yang bersifat pengembangan



    Sasaran pokok dari strategi pendekatan ini agar siswa dapat segera mengatasi hambatan hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Agar pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan adanya pengorganisasian program PBM yang sistematis pula seperti dalam bentuk sistem pengajaran berprogram, sistem pengajaran model, dan sebagainya.

Hasil Pengamatan Praktikum IPA "MAKHLUK HIDUP"

Masalah
1.    Bagaimana ciri-ciri makhluk hidup
2.    Bagaimana Ciri-ciri benda mati
3.    Apa perbedaan makhluk hidup dan benda mati

Teori
I.    Ciri-ciri Makhluk Hidup
1.    Ciri-ciri Makhluk Hidup

Ø Makhluk Hidup Berkembang Biak
Berkembang biak merupakan kemampuan makhluk hidup untuk memperbanyak keturunan. Tujuan makhluk hidup berkembang biak adalah untuk melestarikan keturunan. Cara perkembangbiakan makhluk hidup dibagi menjadi dua, yaitu perkembangbiakan secara vegetatif (tidak kawin) dan perkembangbiakan secara generatif (kawin).
Pada hewan tingkat tinggi umumnya perkembangbiakan dilakukan secara generatif. Sementara, pada hewan tingkat rendah perkembangbiakan pada umumnya dilakukan secara vegetatif.
Pada tumbuhan, perkembangbiakan juga dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan secara vegetatif dapat berupa tunas, stek, stolon, geragih. Adapun perkembangbiakan secara generatif dilakukan dengan menggunakan biji.

Ø Makhluk Hidup  Bernapas
Semua makhluk hidup pasti melakukan proses pernapasan. Bernapas adalah mengambil udara dari luar (O2) dan mengeluarkan udara dari dalam (CO2) dari dalam tubuh. Proses pernapasan ini berguna untuk menghasilkan energi atau yang lebih dikenal dengan proses oksidasi. Oksidasi merupakan proses pembakaran makanan dalam tubuh yang berfungsi untuk menghasilkan energei yang berguna bagi makhluk hidup untuk mampu beraktivitas.
Proses pernapasan makhluk hidup berbeda-beda, bergantung pada tempat dan jenis makhluk    hidup. Makhluk hidup yang hidup di darat akan memiliki sistem pernapasan yang berbeda dengan makhluk hidup yang hidup di air ataupun makhluk hidup amphibi.
Makhluk hidup yang  hidup di darat seperti manusia, kucing dan kambing bernapas dengan menggunakan paru-paru. Sementara ikan, bernapas dengan menggunakan insang. Lain halnya dengan makhluk hidup amfibi yang bernapas dengan menggunakan insang, kulit dan paru-paru. Makhluk hidup seperti tumbuhan juga bernapas. Alat pernapasannya berupa stomata dan lentisel.

Ø Makhluk Hidup Bergerak
Salah satu ciri yang sangat membedakan antara makhluk hidup dengan makhluk tak hidup adalah bergerak. Gerak pada manusia dan hewan akan nampak sangat jelas karena manusia dan hewan mempunyai alat gerak. Alat gerak pada manusia berupa kaki dan tangan. Sementara alat gerak pada hewan dapat berupa kaki, sayao, sirip, silia, dan lainnya.
Selain hewan dan manusia, tumbuhan juga mampu bergerak. Gerak pada tumbuhan memang sulit kita amati secara kasat mata. Contoh gerakan pada tumbuhan adalah gerak menutupnya daun putri malu bila disentuh, menutupnya daun petai cina pada sore hari,

Ø Makhluk Hidup Menerima dan Menganggapi Rangsangan (Iritabilitas)
Kemampuan menerima dan memberikan tanggapan terhadap rangsang adalah salah satu hal yang membedakan makhluk hidup dengan makhluk tak hidup. Dengan istilah ini, tidak berarti manusia, gajah, atau pohon mudah terangsang. Tetapi yang kita maksudkan mereka memberikan tanggapan terhadap perubahan dalam lingkungannya.
Tanggapan makhluk hidup terhadap rangsang umumnya diperlihatkan dalam bentuk gerak. Gerak tumbuh, gerak sebagian tubuh ataupun gerak berpindah tempat. Sebagian dari makhluk tak hidup, ada juga yang secara sepintas, kita menganggapnya dapat bergerak.
Untuk membuktikan adanya gerak pada hewan sebagai tanggapan terhadap rangsang, bukanlah merupakan suatu masalah, kita dengan mudah dapat melakukannya. Tetapi untuk tumbuhan, kita perlu melakukan secara seksama. Karena, hanya beberapa jenis tumbuhan saja yang dapat mudah teramati. Misalnya gerak menutup daun putri malu bila menerima rangsangan berupa sentuhan.

Ø Makhluk Hidup tumbuh dan Berkembang
Tumbuh merupakan suatu proses bertambah besarnya ukuran makhluk, dan penambahan ukuran ini tidak kembali kepada ukuran semula. Sedangkan kembang, merupakan suatu proses pencapaian kedewasaan, mulai dari bentuk atau keadaan yang sederhana, misalnya biji ke bentuk atau keadaan yang makin kompleks, misalnya pohon. Penambahan ukuran dan pencapaian kedewasaan ini terjadi karena adanya proses pembentukan jaringan baru yang diawali oleh penambahan jumlah, ukuran dan fungsi dari sel. Tentu saja pertambahan jumlah dan ukuran ini hanya dapat terjadi jika ada penambahan materi berupa zat-zat yang diproleh dari makanan.

Ø Makhluk Hidup Memerlukan Makanan dan Air
Makanan diperlukan oleh makhluk hidup sebagai sumber tenaga, untuk tumbuh kembang, dan untuk mengganti sel-sel yang telah rusak. Sedangkan air diperlukan untuk keseimbangan tubuh, pelarut beberapa zat, vitamin dan mineral. Makanan diubah menjadi zat-zat yang diperlukan tubuh setelah melalui proses biologi dan kimiawi. Sebagian dari zat makanan tersebut kemudian melalui proses pembakaran diubah menjadi energi. Untuk proses ini diperlukan oksigen yang didapat dari proses pernafasan.

Ø Makhluk Hidup Mengeluarkan Zat Sisa
Zat sisa dari proses produksi harus dikeluarkan, jika tidak akan menimbulkan racun di dalam tubuh.Zat sisa yang dikeluarkan bisa berupa cairan, gas ataupun zat padat. Alat pengeluaran zat sisa pada hewan atau manusia , yaitu :
·         Paru paru mengeluarkan CO2
·         Kulit mengeluarkan keringat
·         Ginjal mengeluarkan urine

2.    Ciri-ciri Benda Mati

1)        Tidak dapat bergerak

Benda mati tidak dapat bergerak, kecuali kalau ada pengaruh luar. Batu bergerak karena pengaruh tenaga luar yang mengena pada batu tersebut.

2)        Tidak mengadakan metabolisme

Benda mati tidak mengadakan kegiatan nutrisi, respirasi, sintesa maupun ekskresi.

3)   Tidak mempertahankan jenisnya

Benda mati tidak ada usaha untuk mempertahankan keberadaannya (eksistensinya). Jadi benda mati tidak memiliki kegiatan regulasi, reproduksi, adaptasi maupun evolusi.

4)   Tidak ada tanggapan terhadap rangsang

Benda mati tidak mempunyai tanggapan terhadap rangsang yang diterimanya. Jadi benda mati akan diam saja meskipun datang rangsang bertubi-tubi dari luar.

3.    Perbedaan Makhluk Hidup dan Benda Mati

a)       Bentuk dan ukuran
Makhluk hidup mempunyai bentuk dan ukuran tertentu se­dang benda mati tidak, sebagai contoh: batu ada yang sebesar butir pasir, tetapi ada pula sebesar gunung, sedang kucing misalnya bentuk dan ukurannya tertentu.

b)      Komposisi kimia
Makhluk hidup mempunyai komposisi kimia tertentu yaitu terdiri dari unsur-unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (0), Nitrogen (N), Belerang atau Sulfur (S), Posfor (P), dan se-
dikit mineral. Benda mati komposisi kimianya tidak tertentu.

c)       Organisasi
Setiap makhluk hidup terdiri dari sel-sel. Sel-sel ini membentuk jaringan, dan jaringan membentuk organ. Sistem organ mem­bentuk proses hidup. Pada benda mati susunannya sedemikian rupa, merupakan hasil dari unsur pokoknya.

d)      Metabolisme
Pada makhluk hidup terjadi pengambilan dan penggunaan ma-kanan, pernapasan (respirasi) sekresi dan ekskresi. Benda-benda mati tidak mengalami hal-hal tersebut.

e)       Iritabilitas
Makhluk hidup dapat memberikan reaksi terhadap perubahan sekitarnya, misalnya cahaya, gerakan, kelembaban dan suhu. Besarnya reaksi tidak seimbang dengan besarnya aksi. Sebagai contoh, besi yang kena panas akan memuai sesuai dengan panas yang diterima.

f)        Reproduksi
Pada makhluk hidup terdapat kemampuan untuk membuat makhluk itu menjadi banyak, sedang benda mati tidak.

g)      Tumbuh dan mempunyai daur hidup
Setiap makhluk hidup mempunyai proses pertumbuhan dan mempunyai daur hidup, artinya mempunyai proses kelahiran, tumbuh, dewasa dan mati. Benda mati membesar karena pengaruh luar seperti halnya pada kristal.

Alat & Bahan
·      Alat-alat tulis
·      Tabel Pengamatan
·      Alam sekitar
·      Batu
·      Kelinci
Cara Kerja
1.    Siapkan alat-alat tulis dan table pengamatan yang diperlukan

2.    Pergi ke lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal, seperti kebun, sawah, hutan, atau lingkungan lainnya, sesuai tempat tinggal anda

3.    Menentukan 1 makhluk hidup (1 hewan, 1 tumbuhan dan 1 benda mati)

4.    Mencatat kesepuluh jenis makhluk hidup tersebut dalam lembar pengamatan

5.    Mengamati cirri-ciri setiap makhluk hidup

6.    Membubuhkan tanda cek (√) sesuai dengan ciri yang diamati, pada table


Tabel Pengamatan Biotik
Hasil Pengamatan ciri-ciri makhluk hidup
No
Nama Makhluk Hidup
Ciri-ciri Makhluk Hidup *)
1
2
3
4
5
1.
Manusia (Mia)
2.
Hewan (Kelinci)
3.
Tumbuhan (Tauge)
*) Keterangan :
1.    Bergerak dan bereaksi terhadap rangsang
2.    Bernapas
3.    Perlu makan (nutrisi)
4.    Tumbuh
5.    Berkembang

Tabel Pengamatan Biotik
Hasil Pengamatan ciri-ciri benda mati
No
Nama Makhluk Hidup
Ciri-ciri Makhluk Hidup *)
1
2
3
4
5
1.
Batu

*) Keterangan :
1.    Bentuk & ukuran tetap
2.    Tidak dapat bergerak
3.    Tidak mengadakan metabolisme
4.    Tidak mempertahankan jenisnya
5.    Tidak ada tanggapan terhadap rangsang

Kesimpulan

Makhluk hidup memiliki ciri-ciri yang sama yaitu bergerak dan bereaksi terhadap rangsang, bernafas, memerlukan makan, serta dapat tumbuh dan berkembang. Kelima ciri ini pasti melekat pada makhluk hidup baik tumbuhan maupun hewan meskipun ada sedikit perbedaan misalnya proses bergerak dan bernafas.

Tuna Rungu

1.     Pengertian Tuna Rungu

Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baiksebagian atau seluruhnya yag diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks.

2.     Klasifikasi Tuna Rungu

Pada umumnya klasifikasi anak tunarungu dibagi atas dua golongan atau kelompok besar yaitu tuli dan kurang dengar.
Orang tuli adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar sehingga membuat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik itu memaki atau tidak memakai alat dengar
Kurang dengar adalah seseorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, akan tetapi ia masih mempunyai sisa pendengaran dan pemakaian alat Bantu dengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses informasi bahasa melalui pendengaran.
Klasifikasi anak tunarung menurut Samuel A. Kirk :
0 db :
Menunjukan pendengaran yang optimal.
0 – 26 db :
Menunjukan seseorang masih mempunyai pendengaran yang optimal.
27 – 40 db :
Mempunyai kesulitan mendengar bunyi – bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara. ( tergolong tunarungu ringan )
41 – 55 db :
Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara. ( tergolong tunarungu sedang )
56 – 70 db :
Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih punya sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat Bantu dengar serta dengan cara yang khusus. (tergolong tunarungu berat )
71 – 90 db :
Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang – kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan khusus yang intensif, membutuhkan alat Bantu dengar dan latihan bicara secara khusus. ( tergolong tunarungu berat )
91 db :
Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada penglihatan dari pada pendengaran untuki proses menerima informasi dan yang bersangkutan diangap tuli ( tergolong tunarungu berat sekali )

3.     Penyebab Ketunarunguan

Banyak faktor yang menyebakan seseorang mengalami ketunarunguan, sebagaimana diungkapkan dalam buku petunjuk praktis penyelenggaraan Sekolah Luara Biasa bagian B atau tuna rungu, Depdikbud (1985: 23) mengemukakan bahwa :
a. Sebelum anak dilahirkan atau masih dalam kandungan (masa prenatal)
b. Pada waktu proses kelahiran dan baru dilahirkan (neo natal).
c. Sesudah anak dilahirkan (post natal).
Penyebab ketuna runguan tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1) Masa Prenatal

Pada masa prenatal pendengaran anak menjadi tuna rungu disebakan oleh:
a. Faktor keturunan atau hereditas
Anak mengalami tuna rungu sejak dia dia dilahirkan Karena ada di antara keluarga ada yang tuna rungu genetis akibat dari rumah siput tidak berkembang secara normal, dan ini kelainan corti (selaput-selaput)

b. Cacar air, campak (rubella, german measles)
Pada waktu ibu sedang mengandung menderita penyakit campak, cacar air, sehingga anak yang di lahirkan menderita tunarungu mustism (tak dapat bicara lisan)
c. Toxamela (keracunan darah)
Apabila ibi sedang mengandung menderita keracunan darah (toxameia) akibatnya placenta menjadi rusak. Hal ini sangat berpengaruh pada janin. Besar kemungkinan anak yang lahir menderita tuna rungu. Menurut Audiometris pada umumnya anak ini kehilangan pendengaran 70-90 dB.
d. Penggunaan obat pil dalam jumlah besar
Hal ini akibat menggugurkan kandungan dengan meminum banyak obat pil pengggugur kandngan, tetapi kandunganya tidak gugur, ini dapat mengakibatkan tuna rungu pada anak yang dilahirkan, yaitu kerusakan cochlea.
e. Kelahiran premature
Bagi bayi yang dilahirkan premature, berat badanya di bawah normal, jaringan-jaringan tubuhnya lemah dan mudah terserang anoxia (kurangnya zata asam). Hal ini merusak inti cochlea (cochlear nuclei)
f. Kekeurangan Oksigen (anoxia)
Anoxia dapat mengakibatkan kerusakan pada inti brain system dan bagal ganglia. Anak yang dilahirkan dapat menderita tuna rungu pada taraf berat.

2) Masa Neo Natal

a. Faktor rhesus ibu dan anak tidak sejenis.
Manusia selain mempinyai jenis darah A-B-AB-0. Juga mempunyai jenis darah factor rh positif dan negative. Kedua jenis rh tersebut masing-masing normal. Tetapi ketidak cocokan dapat terjadi apabila seseorag perempuan ber-rh negatif kawin dengan seseorang laki-laki ber-rh positif, seperti ayahnya tidak sejenis dengan ibunya. Akibat sel-sel darah itu membentuk anti body yang justru merusak anak. Akibatnya anak menderita anemia (kurang darah) dan sakit kuning setelah dilahirkan, hal ini dapat berakibat anak menjadi kurang pendengaran.


b.    Anak lahir premature atau sebelum 9 bulan dalam kandungan.
Anak yang dilahirkan prematur, mempunyai gejala-gejala yang sama dengan anak yang rh nya tidak sejenis dengan rh ibunya, yaitu akan menderita anemia dan mengakibatkan anoxia.
3) Post Natal
a. Sesudah anak lahir dia menderita infeksi misalnya campak (measles) infection atau anak terkena syphilis sejak lahir karena ketularan orang tuanya. Anak dapat menderita tunarungu perseptif. Virus akan menyerang cairan cochlea.
b. Meningitis (peradangan selaput otak) Penderita meningitis mengalami ketulian yang perseptif, biasanya yang mengalami kelainan ialah pusat syarf pendengaran.
c.Tuli perseptif yang bersifat keturunan. Ketunarunguan ini akibat dari keturunan orang tuanya
d. Otitis media yang kronis. Cairan otitis media yang kekuning-kuningan menyebakan kehilanagn pendengaran secara konduktif. Pada secretory media akibatnya sama dengan kronis atitis media, yaitu keturunan konduktif
e. Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan. Infeksi pada alat-alat pernafasan, misalnya pembesaran tonsil adenoid dapat menyebabkan ketuna runguan konduktif (media penghantar suara tidak berfungsi).
f. Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat-alat pendengaran bagian dalam Dari beberapa faktor yang telah dijabarkan di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa penyebab ketunarunguan tidak saja dari faktor dalam individu seperti ketuna runguan dari orang tua atupun pada saat ibu mengandung terserang penyakit. Tetapi faktor di luar diri individu mempunyai peluang yang mengakibatkan seseorang mengalami ketuna runguan, seperti infeksi peradangan dan kecelakaan.